|
“Dan hendaklah
ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang
beruntung.”
|
DAKWAH, kata dakwah brasal dari bahasa arab yaitu da’a yad’u yang
membentuk masdar da’watan yang sering kita sebut dakwah, yang berarti
memanggil, mengajak, mengundang, memohon ataupun menyeru. Kata dakwah dalam persfektif
masyarakat sekarang adalah menyeru atau mengajak kepada jalan Allah. Menurut dosen Ilmu Dakwah
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Dra. Ismah
salmah menyatakan bahwa kata dakwah ataupun dakwah berada dalam Islam yang
berarti mengajak atau menyeru dapat diartikan dengan kata dakwah bila seruan
itu berupa seruan kebajikan ataupun kebaikan.
A.
Pengertian Dakwah
Berikut beberapa pengertian tentang dakwah:
Menurut Dr. Wardi Bachtiar, dakwah adalah proses upaya mengubah
sesuatu situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam, atau
proses mengajak manusia ke jalan Allah yaitu al-Islam.
Sedangkan menurut Drs. H. Hasanuddin, SH dakwah yaitu menyampaikan
dan memanggil serta mengajak manusia ke jalan Allah SWT, untuk melaksanakan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dalam mencapai kehidupan bahagia di
dunia dan di akhirat, sesuai dengan tutunan dan contoh Rasulullah SAW.
Menurut Cahyadi
Takariawan dalam Bukunya Prinsip-prinsip Dakwah menyatakan dakwah adalah
menyeru manusia kepada jalan Tuhan, bukan jalan-jalan yang lain, sebab hanya
Allah yang lurus sedangkan jalan-jalan lain yang terbentang akan
mencerai-beraikan dan menyesatkan manusia. Beliau juga mengartikan dakwah
adalah amar ma’ruf dan nahi mungkar.
Menurut
Rubyanah, MA dakwah pada dasarnya mengajak, yakni menyadarkan, mengarahkan dan
membimbing manusia agar berbuat sesuai dengan tuntunan ajaran Islam tanpa
adanya paksaan. Dakwah merupakan suatu aktivitas mengajak kepada orang lain
dalam bentuk lisan, tulisan, maupun tingkah laku untuk mengamalkan ajaran
Islam, yang dilaukan secara sadar dengan berbagai metode sebagai upaya mengubah
manusia, baik individu maupun masyarakat dari kondisi yang tidak baik kepada
yang lebih baik, sehingga dapat meraih kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat.
Menurut Dr.
Anwar arifin dalam studi komunikasi, dakwah merupakan kegiatan yan memiliki
karakteristik tersendiri yaitu khusus berisi pesan yang bersumber dari wahyu
Tuhan berupa anjuran atau seruan tentang al-khair, amar ma’ruf nahy munkar atau
pesan melaksanakan kebaikan dan kebajikan serta mencegah kemunkaran dalam upaya
mengangkat harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan yang terbaik di
dunia.
Dapat kita
simpulkan dakwah adalah mengajak ataupun menyeru manusia untuk melakukan
kebaikan, kebenaran, ataupun kebajikan yang berisi pesan ajaran Islam. Dan mencegah
dari kejahatan, keburukan ataupun kemunkaran, dengan tanpa adanya paksaan.
B.
Bentuk-Bentuk Dakwah
Dapat kita
simpulkan bahwa dakwah adalah mengajak ataupun menyeru manusia untuk senantiasa
melakukan kebaikan ataupun kebajikan ataupun ajaran Islam (sabilillah).
Di dalam islam pun ada aturan dan jalan-jalan yang dapat ditempuh selagi tidak
bertentangan dengan syariat islam. Aturan-aturan itu dapat kita artikan sebagai
bentuk atau metode dakwah. Berikut penyusun menginventarisasikan bentuk-bentuk
dakwah menurut para ahli ataupun ulama dakwah:
Menurut Dr.
Wardi Bachtiar bentuk dakwah yang terdapat dalam Al-Qur’an menunjukan ragam
yang banyak, seperti hikmah, nasihat yang benar, mujadalah atau diskusi atau
berbantah dengan cara yang paling baik, -maupun dari hadis- yaitu dengan
kekuatan anggota tubuh (tangan), dengan mulut (lidah), dan bila tidak mampu,
maka dengan hati. Menurutnya dari bentuk atau metode berikut yang merupakan
oprasionalisasinya yaitu dakwah dengan lisan, tulisan,seni dan bil hal.
Dakwah dengan lisan berupa ceramah, seminar, simposium, diskusi, khutbah,
saresehan, brain storming dan lain-lain. Dakwah dengan tulisan berupa buku,
majalah, surat kabar, spanduk, pamplet, lukisan-lukisan, dan lain lain. Dakwah
dengan seni meliputi seni lukis, seni tari, seni suara atau musik dan
lain-lain. Dakwah bil hal berupa prilaku sopan sesuai dengan ajaran
Islam, memelihara lingkungan, mencari nafkah dengan tekun, ulet, sabar
semangat, kerja keras, menolong sesama manusia dan lain-lain.
Menurut Dr. H.
Hasanuddin, SH menyatakan bahwa metode dakwah dalam melaksanakan dakwah
sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125. Dari ayat
tersebut menunjukan bahwa bentuk ataupun metode dakwah itu ada tiga yaitu: al-hikmah
yang berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya baik berupa ucapan maupun perbuatan
selama tidak melanggar hukum Allah SWT. Al-mauidzatil hasanah berarti
memberi nasihat yang dapat diterima orang lain dalam mengajak manusia untuk
melaksanakan dinul Islam, dan yang dimaksud dengan al-mujadalah allati hiya
ahsan yaitu bertukar pikiran dengan menggunakan dalil atau alasan yang sesuai
dengan kemampuan berpikirnya.
Sedangkan
menurut Cahyadi takariaawan betuk dakwah adalah amar ma’ruf nahi munkar
sedangkan metode dakwah secara eksplisit Allah Ta’ala memberikan metodelogis
dalam menunaikan dakwah yaitu hikmah dan mau’izahah hasanah.
Menurut
Rubyanah, MA, secara substantif dakwah adalah ajakan yang bersifat Islami.
bentuk-bentuk ajakan Islami atau dakwah itu antara lain yaitu dakwah bi
al-lisan, dakwah bi al-qolam dan dawah bi al-hal. Dakwah bi al-lisan berarti
penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa ceramah atau komunikasi langsung
antara da’i dan mad’u (objek dakwah). Dakwah bi al-qolam ialah suatu kegiatan
menyampaikan pesan dakwah melalui tulisan, seperti buku, surat kabar, majalah,
artikel, internet, dan lain-lain, tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar
ma’ruf dan nahi munkar. Dan dakwah bil al-hal dapat diartikan mengajak atau
menyeru ke jalan Allah untuk kebahagiaan
dunia dan akhirat melalui perbuatan nyata yang sesuai dengan keadaan
manusia.
Menurut Prof.
Dr. Anwar Arifin bentuk dakwah dirumuskan sebagai salah satu dari bentuk kmunikasi. Dakwah mempunyai bentuk dan karakteristik
yang berbeda dengan jenis komunikasi lain. Dakwah yaitu memusatkan perhatian
kepada tujuan mengembalikan manusia kepada fitrah dan kehanifaannya, yaitu
beriman, berilmu dan beramal shaleh serta selalu berpihak kepada ebaikan,
kebenaran, keadilan dan kesucian. Dalam
bentuknya dakwah dikategorikan menjadi tiga yaitu:
Tabligh yang
merupakan kegiatan menyampaikan atau menyiarkan ajaran Islam kepada orang lain
secara lisan, tulisan, gambar ataupun gambar hidup atau tingkah laku. Disamping itu yaitu tarbiyah dan ta’lim di
pahami sebagai pendidikan dan pengajaran, yaitu upaya sadar, sistematis dan
terencana dalam menciptakan suasana pembelajaran yang memungkinkan peserta
didik mengembangkan potensinya. Tarbiyah dan ta’lim merupakan dawah dalam arti
luas. Sedangkan takzkir dan tambih dapat
dipahami sebagai pengingatan dan penyadaran yang tidak saja harus sslalu
dialamatkan kepada orang jahil saja, tetapi juga kepada mereka yang terdidik,
bahan harus pula ditujukan kepada para da’i atau munbaligh itu sendiri. Karena
manusia pada dasarnya tidak terbebas dari kehilafan dan kesalahan serta sifat
lupa.
C.
Inventarisasi Unsur-Unsur Dakwah
Para ahli berbeda pendapat dalam menentukan hal-hal yang menjadi
unsur dakwah. Barmawie Umary menyebutkan bahwa dakwah memiliki tujuh unsur
yaitu: Dasar Dakwah, Tujuan Dakwah, Subyek Dakwah, Obyek Dakwah, Materia
Dakwah, Metode Dakwah, dan Alat Dakwah.
Endang Saifuddin Anshari menyebut 10 unsur dakwah yaitu 7 unsur
seperti disebut Barmawi ditambah 3 unsur antara lain : Waktu Dakwah, Evaluasi
Dakwah dan Faktor X Dakwah.
Drs. Enjang AS, M.Ag menyatakan secara detail mengenai struktur dan
unsur-unsur dakwah. Dakwah Allah dapat pula dikatakan sebagai dakwah ilahiyyah.
Dalam struktur dakwah ilahiyah ini, Allah merupakan Da’i pertama dalam proses berdakwah sebagaimana tersirat dalam definisi tanzil
Al-Quran, yaitu: “firman Allah yang diturunkan oleh malaikat jibril kedalam
qalbu utusan Allah, Muhammad ibnu Abdullah dengan kata-kata berbahasa arab
dengan maknanya, agar menjadi argumen atas kerasulan Muhammad sebagai tuntunan
hidup manusia, membacanya menjadi ibadah, yang ditulis dalam mushaf yang
diawali dengan surat al-fatihah dan diakhiri dengan surat an-naas yang sampai
kepada kita secara mutawatir baik tulisan maupun penuturannya dari satu
generasi ke generasi yang lain yang tetap terjaga dari perubahan dan berlaku
sepanjang masa.”
Dengan demikian, berdasarkan
proses tanzil Al-Quran tersebut maka dalam perspektif dakwah terdapat
unsur-unsur dakwah apalagi jika kita kaitkan dan kita bandingkan dengan
paradigma komunikasi sebagai berikut:
1.
Allah
sebagai Da’i pertama, yaitu sebagai penyampai dakwah (subjek).
2.
Al-Quran
sebagai Maudhu al-da’wah atau pesan dakwah.
3.
Malaikat
jibril sebagai washilah al-da’wah atau media dakwah.
4.
Penampakan
langsung atau tidaknya malaikat jibril sebagai ushlub al-da’wah atau metode
dakwah.
5.
Nabi
Muhammad SAW sebagai mad’u atau objek dakwah (dalam tataran proses dakwah
kepada sesama manusia, Nabi Muhammad SAW sebagai da’i kedua).
Maka dapat kita simpulkan bahwa unsur-unsur dakwah terdiri dari
da`i (pelaku dakwah), mad`u (objek/mitra dakwah), maddah (materi dakwah),
washilah (media dakwah), thariqah (metode dakwah), logistik dan atsar (efek
dakwah) dan lain-lain.
Tanpa adanya unsusr-unsur tersebut dalam setiap kegiatan dakwah,
maka kegiatan dakwah tidak akan berjalan sempurna, dengan kata lain akan
terhambatnya proses dakwah serta kesuksesan tersampaikannya dakwah.